This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 20 Januari 2017

Karya Tulis Ilmiah Puisi

Gambar terkait


Kata Penghantar


            Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkatNya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah demi memenuhi tugas pelajaran Bahasa Indonesia. Tidak luput juga saya ucapkan terima kasih kepada guru Bahasa Indonesia yaitu Ibu Sitinjak dari awal hingga sampai akhir yang telah mau membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
            Dalam proses penulisan karya tulis ini, saya sangat berharap agar karya tulis ini dapat memberikan konstribusi bagi para pelajar tentang puisi.
            Saya sangat mengetahui bahwa karya tulis ini sangat jauh dari kata sempurna yang tentu memiliki kesalahan dan kekurangan. Maka sudilah kiranya memberikan kritikan dan saran sehingga saya dapat memahami kekurangan hasil kerja yang  dilakukan dan agar ibu dapat memahami dan memaklumi kekurangan saya, sehingga saya dapat menyempurnakan karya tulis ini.
Terima kasih.
                                               




                                                                                    Pematang Siantar, Januari 2017


                                                                                                            Penulis








DAFTAR ISI


Kata pengantar   ...................................................................................................   i
Daftar isi   ...............................................................................................  ii

Bab I : Pendahuluan   ............................................................................ 1
1.1 Latar belakang   .....................................................................................   1
1.2 Tujuan   ..................................................................................................   1
1.3 Manfaat   ................................................................................................   2
1.4 Langkah-langkah   .................................................................................   2
Bab II : Pembahasan   ..........................................................................   3
2.1 Pengertian   ...........................................................................................    3
2.2 Pembagian   ...........................................................................................   6
2.3 Puisi lama   ............................................................................................   7
2.4 Contoh puisi lama   ................................................................................   7
2.5 Perbandingan puisi lama dan baru   ...................................................... 11
2.6 Puisi baru   ............................................................................................  11
2.7 Jenis puisi baru   ...................................................................................  11
2.8 Analisis Puisi   ......................................................................................  12
2.9 Langkah-langkah membuat puisi   .......................................................  12
2.10 Menganalisis puisi   ...........................................................................   13

Bab III :Penutup   .............................................................................................   16
3.1 Kesimpulan   .......................................................................................    16
3.2 Saran   .................................................................................................    16

Daftar pustaka   ................................................................................................    17



BAB I
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang
             Puisi dari dulu hingga sekarang selalu berubah-ubah. Oleh karena itu, utuk memahami dan mengerti puisi diperlukan uraian tentang jenis-jenis puisi indonesia dibagi dua, yaitu puisi lama dan puisi baru (modern).
            Karya sastra terdiri atas dua jenis, yaitu prosa (karangan bebas) dan puisi. Puisi selalu berkembang dari dahulu hingga sekarang. Oleh karena itu, pengertian puisi pun dari waktu kewaktu  selalu berubah meskipun hakikatnya tetap sama. Perubahan pengertian itu disebabkan puisi seslalu berkembang karena perubahan konsep keindahan dan evaluasi selera.
           Seorang penulis menciptakan puisi disebabkan ia mempunyai persoalan atau masalah yang ingin dikemukakan dan bisa juga disebut puisi adalah ungkapan hati sang penulis. Jika puisi tersebut berisi tentang kekecewaan , kesedihan maka sudah jelas si penulis sedang merasa sedih. Tiap-tiap penulis mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengemukakan persoalan tersebut.
            Puisi baru (modern) menyimpangi pengertian puisi menurut pandangan lama. Puisi baru tidak terikat oleh bentuk-bentuk formal, korespodensi, dan periodesitas. Oleh karena itu puisi baru disebut puisi bebas atau sajak bebas. Mempelajari bentuk-bentuk lama kita dapat ketinggian budi. Pertajaman imajinasi masyarakat lama dengan dekatnya dengan alam,menjadikan alam sebagai alat komunikasi dengan tujuan mendidik.
            Melalui bentuk-bentuk puisi lama, dan penyajian gagasanya, memperlihatkan keaslian, kehalusan puisi masyarakat lama yang dapat dicontoh oleh masyarakat sekarang ini.

1.2  Tujuan
            Tujuan dari penulis membuat karya tulis mengenai ”PUISI” ini merupakan memenuhi tugas Bahasa Indonesia semester 2 kelas IX, juga untuk mengetahui atau mengenal puisi lama dan puisi baru (modern).
Pembuatan karya tulis ini juga bertujuan mengembangkan ilmu dan rasa ingin tahu anak-anak maupun remaja Indonesia. Agar dapat menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.




1.3  Manfaat
            Penulis membuat karya tulis ini agar bermanfaat untuk siswa, pendidikan, dan juga untuk kalangan masyarakat.
            Manfaat nya bagi siswa adalah supaya para siswa dapat mengerti dan memahami puisi dengan lebih baik. Manfaatnya bagi guru adalah supaya guru dapat menganalisa lebih dalam dan juga agar dapat memberi ilmu kepada siswa sehingga saling berkaitan antara siswa dan guru. Manfaatnya bagi masyarakat adalah agar masyarakat tidak hanya terpaku atau fokus dengan apa yang mereka pahami tentang puisi yang hanya sedikit.

1.4 Langkah-langkah
Langkah-langkah yang penulis ambil dalam penbuatan karya tulis ini adalah :
1.      Melihat perkembangan puisi
2.      Memahami apa yang dimaksud dengan puisi lama & baru
3.      Mencari dari berbagai sumber yang berkaitan dengan puisi
4.      Membuat penjelasan dengan hati-hati, rinci, dan jelas
5.      Membuat kesimpulan dari penjelasan tersebut
















BAB II
Pembahasan

2.1  Pengertian
Arti puisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :
1.      Ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta pengusunan larik dan bait
2.      Gubahan di bahasa yang bentuk nya dipilah dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pegalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus
Berikut adalah defenisi puisi yang dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris adalah :
1.      Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya
2.      Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi. 
3.      Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur. 
4.      Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur). 
5.      Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Dalam perkembangan puisi di Indonesia, dikenal dengan berbagai jenis tipografi dan model puisi yang menunjukkan perkembangan struktur puisi tersebut. Ciri struktur puisi dari jaman ke jaman tidak hanya ditandai dengan struktur fisik, tetapi juga oleh struktur makna atau tematiknya.

Berikut perkembangan puisi di Indonesia, mulai dari angkatan balai pustaka, hingga puisi jaman sekarang :
1.      Balai pustaka
Pada angkatan ini, puisi masih berupa mantra, pantun, dan syair, yang merupakan puisi terikat.
·         Mantra, jenis puisi tertua yang terdapat di dalam kesusastraan daerah di seluruh Indonesia. Kumpulan pilihan kata-kata yang dianggap gaib dan digunakan manusia untuk memohon sesuatu dari Tuhan. sehingga mantra tidak hanya memiliki kekuatan kata melainkan juga kekuatan batin.
·         Pantun dan Syair, puisi lama yang struktur tematik atau struktur makna dikemukkan menurut aturan jenis pantun atau syair, dalam hal ini, pantun dan syair masih berupa puisi terikat.

2.      Pujangga baru (1933-1945)
Jika pada angkatan balai pustaka penulisan puisi masih banyak dipengaruhi oleh puisi lama, maka pada angkatan Pujangga Baru diciptakan puisi baru, yang melepaskan ikatan-ikatan puisi lama. Sehingga munculnya jenis-jenis puisi baru, yaitu : distichon (2 baris), tersina (3 baris), quartrin (4 baris), quint (5 baris), sextet (6 baris), septima (7 baris), oktaf (8 baris), soneta (14 baris).
Dalam periode ini terdapat beberapa julukan untuk penyair Indonesia, seperti Amir Hamzah sebagai Raja Penyair Pujangga Baru, dan ia disebut oleh H.B. Jassin sebagai Penyair Dewa Irama. J.E. Tatengkeng disebut sebagai Penyair Api Naionalisme, dan sebagainya.
Para penyair yang dapat dikategorikan msuk dalam periode Pujangga Baru adalah :
·         Amir Hamzah, “Nyanyi Sunyi” / 1937 dan “Buah Rindu” /1941
·         Sutan Takdir Alisyahbana, “Tebaran Mega” / 1936
·         Armijn Pane, “Jiwa Berjiwa” / 1939, “Gamelan Jiwa” / 1960
·         Jan Engel Tatengkeng “Rindu Dendam” / 1934
·         Asmara Hadi, “Api Nasionalisme”
·         Dll

3.      Angkatan 45
Jika pada periode sebelumnya melakukan pembaharuan terhadap bentuk puisi, pada periode ini dilakukan perubahan menyeluruh. Bentuk puisi soneta, tersina, dan sebagainya tidak dipergunakan lagi. 
Angkatan 45 memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·         Puisi memiliki struktur bebas
·         Kebanyakan beraliran ekspresionisme dan realisme
·         Diksi mengungkapkan pengalaman batin penyair
·         Menggunakan bahasa sehari-hari
·         Banyak puisi bergaya sinisme dan ironi
·         Dikemukakan permasalahan kemasyarakatan, dan kemanusiaan




Para penyair yang dapat digolongkan pada periode ini adalah :
Ø  Chairil Anwar Krikil Tajam / 1949, Deru Campur Debu / 1949, Tiga Menguak Takdir/ 1950
Ø  Sitor Situmorang, Surat Kertas Hijau / 1954, Dalam Sajak / 1955, Wajah Tak Bernama / 1956, Zaman Baru / 1962
Ø  Harjadi S. Hartowardojo, Luka Bayang / 1964
Ø  Dll

4.      Periode 1953-1961
Jika pada angkatan 45 yang menyuarakan kemerdekaan, semangat perjuangan dan patriotisme, maka pada periode ini membicarakan masalah kemasyarakatan yang menyangkut warna kedaerahan. Sifat revolusioner yang berapi-api, mulai merada. Mulai banyaknya puisi beraliran romantik dan kedaerahan dengan gaya penceritaan balada. Puisi pada periode ini banyak yang mengungkapkan subkultur, suasana muram, masalah sosial, cerita rakyat dan mitos (Atmo Karpo, Paman Ddoblang, dan sebagainya).
Ciri khas puisi pada periode ini :
·         Bergaya epik (bercerita)
·         Gaya mantra mulai dimasukkan dalam balada
·         Gaya repetisi dan retorik semakin berkembang
·         Banyak digambarkan suasana muram penuh derita
·         Menerapkan masalah social, kemiskinan
·         Dasar penciptaan balaa dari dongeng kepercayaan

Para penyair yang dapat digolongkan pada periode ini adalah :
Ø   Willibrordus Surendra (W.S Rendra) Empat Kumpulan Sajak / 1961, Balada Orang-Orang Tercinta / 1957
Ø   Ramadhan Karta Hadimaja,  Priangan Si Jelita / 1958
Ø   Toto Sudarto Bachtiar, Suara / 1956
Ø   Dll

5.      Angkatan 66 (1963-1970)
Masa ini didominasi oleh sajak demonstrasi atau sajak protes yang dibaca untuk mengobarkan semangat para pemuda dalam aksi demonstrasi, seperti pada tahun 1966 ketika sedang terjadi demonstrasi para pelajar dan mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Lama. Penyair seperti Taufiq Ismail dan Rendra, membacakan sajak protes mereka didepan para pemuda.
Untuk mengobarkan semangat aktivitas kreatis angkatan 66, mulai munculah fasilitas-fasilitas sastra. Fasilitas tersebut antara lain, munculnya majalah Horison (1966), Budaja Djaja (1968, dan dibangunnya Taman Isail Maruki (TIM), yang menjadi pusat kebudayaan.
Pada periode ini berkembang dua aliran besar puisi. Aliran pertama adalah aliran neoromantisme yang menegaskan sepi sebagai perlawanan yang bersifat metafisis, atas dunia. Penyair yang menganut aliran ini adalah Goenawan Mohammad, Sapardi Djoko Darmono, dan Abdul Hadu W.M.
Aliran yang kedua adalah aliran intelektualisme, aliran yang menekankan pada pengamatan kritis tentang dunia dan pengalaman pribadi. Penyair yang yang beraliran intelektualisme adalah Subagio Sastrowardoyo dan Toety Heraty.

Berikut penyair yang termasuk dalam angkatan 66 :
·       Taufiq Ismail, Tirani / 1966, Benteng / 1966
·       Sapardi Djoko Darmono, Dukamu Abadi / 1969, Mata Pisau / 1974
·       Linus Surjadi A.G., Pengakuan Pariyem / 1981
·       Dll

6.      Puisi kontemporer
Pada periode ini puisi disebut puisi kontemporer, puisi yang muncul pada masa kini dengan bentuk dan gaya yang tidak mengikuti kaidah puisi pada umumnya, dan memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi lainnya. Dalam puisi kontemporer, salah satu yang penting adalah adanya eksplorasi sejumlah kemungkinan baru, antara lain penjungkirbalikan kata-kata baru dan penciptaan idiom-idiom baru.
Pada puisi kontemporer bertema protes, humanisme, religius, perjuangan, dan kritik sosial. Puisi kontemporer bergaya seperti mantra, menggunakan majas, bertipografi baru dengan banyak asosiasi bunyi,dan banyaknya penggunaan kata dari bahasa daerah yang menunjukkan kedaerahaannya.
Dalam dunia perpuisisan kontemporer, Sutardji mengebangakan puisi-puisi baru, dan mengiprovisasi puisinya. Hal ini terlihat pada sajak Sutardji ‘O, Amuk, Kapak’.
Yang termasuk penyair kontemporer adalah :
·         Sutardji Colzoum Bahri, O, Amuk, Kapak­ , Tragedi Winka Sihka, Batu
·         Emha Ainun Najib, ‘M’ Frustrasi / 1976, Nyanyian Gelandangan / 1981
·         Sapardi Djoko Darmono, Dukamu Abadi / 1969, Mata Pisau / 1974
·         Dll

2.2    Pembagian

Puisi dibagi menjadi 2 yaitu : puisi lama dan puisi baru (modern)
Puisi lama terdiri dari :
·       Mantra
·       Pantun
·       Karmina
·       Seloka
·       Gurindam
·       Syair
·       Talibun

Jenis puisi baru (modern) dari isinya :
·       Balada
·       Hymne
·       Ode
·       Epigram
·       Elegi
·       Satire



Jenis puisi baru dari jenis betuknya :
·       Distikon
·       Terzina
·       Quatrain
·       Quint
·       Sextet
·       Septima
·       Oktav
·       Soneta

2.3    Puisi lama

Puisi lama adalah  puisi yang terikat dengan rima, atau jumlah baris yang kemudian padat makna. Rima sendiri merupakan bunyi akhiran yang tersusun.  Untuk Pantun misalnya biasanya memiliki rima a-b-a-b dan memiliki jumlah baris yaitu empat. Adapun contoh puisi lama beserta jenis - jenisnya dapat anda pelajari di bawah ini.
Ciri-ciri puisi lama antara lain :
·         Merupakan hasil turun-temurun, biasanya berupa cerita rakyat atau puisi rakyat yang tidak diketahui siapa pengarangnya.
·         Karena merupakan hasil turun-temurun dan tidak diketahui siapa pengarangnya, puisi lama biasanya disampaikan dari mulut-kemulut.
·         Puisi lama terlihat kaku karena terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah kata dalam tiap baris, jumlah baris dalam tiap bait dan juga pengulangan kata yang bisa diawal maupun diakhir sajak atau kita kenal dengan sebutan rima.

2.4    Contoh puisi lama

Adapun contoh dan jenis puisi lama adalah sebagai berikut :
1.         Mantra
Mantra merupakan salah satu jenis puisi lama yang paling tua. Awalnya, keberadaan mantra dalam masyarakat melayu bukanlah difungsikan sebagai sebuah karya sastra, melainkan lebih kepada adat dan kepercayaan setempat .
Contoh mantra sebagai berikut :

Mantra mengkap buaya
Hai si jambu Rakyat, sambut pekiriman,
Puteri Ruduk di gunung ledang,
Ambangcang masak sebiji bulat,
Penyikat tujuh penyakit,
Pengarang tujuh pengarang,
Diorak dikumbang jangan,
Lulur lalu ditelan,
Kalu tidak kau sambut,
Dua hari, jangan ketiga,
Mati tersadai pangkalan tambang,
Kalu kau sambut,
Ke darat kau dapat makan,
Ke laut kau dapat minum,
Aku tahu asal kau jadi,
Tulang buku tebu asal kau jadi,
Darahkau gula, dadakau upih,
Gigikau tunjang berembang,
Ridapkau cucuran atap.
Ciri-ciri mantra :
·   Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
·   Bersifat lisan, sakti atau magis
·  Adanya perulangan
·  Metafora merupakan unsur penting
·  Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
·  Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.

2.      Gurindam
Gurindam merupakan puisi lama yang sebenarnya bukan berasal dari negri sendiri, melinkan dari negri india yang dibawa pasukan tamil yang dahulu pernah singgah dan menetap di salah satu kepulauan nusantara.
Contoh gurindam sebagai berikut :
Jika kamu bersifat budiman,
Dipandang sebagai unga ditaman.

Jika kamu bersifat dermawan,
Segala orang dapat kau tawan.

Jika kamu bersifat  murah,
Segala manusia datang menyerah.

Ciri-ciri gurindam :
·         Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
·         Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.




3.      Syair
Syair meupkan salah satu karya sastra yang bukan berasal dari tanah nusantara asli. Syair merupakan sebuah karya sastra yang awalnya dibawa oleh bangsa Arab ke nusantara saat era perkembangan agama islam.
Contoh syair sebagai berikut:
Pada zaman dahulu kala, (a)
Tersebutlah sebuah cerita, (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa, (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana. (a)

Ciri-ciri syair :
·         Terdiri dari 4 baris
·         Terdiri dari 8-12 suku kata/baris
·         Struktur rima : a-a-a-a
·         Tidak dapat berdiri sendiri, harus runtut
·         Baris I, II, III, berakhir tanda koma
·         Baris IV berakhir tanda titik

4.      Pantun
Pantun merupakan sebuh puisi asli anah melayu yang sudah membudaya dan mengakar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Contoh pantun sebagai berikut:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
Ciri-ciri pantun :
·         Setiap bait terdiri 4 baris
·         Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
·         Baris 3 dan 4 merupakan isi
·         Bersajak a – b – a – b
·          Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
·         Berasal dari Melayu (Indonesia)

5.     Seloka
Seloka merupakan karya sastra bentuk sebuah pantun berbait yang tidak akan cukup diungkapkan dengan satu bai saja, krena pantun berbait ini merupakan jalinan atas beberapa bait.
Contoh seloka sebagai berikut:
Baik budi emak si randang
Dagang lalu ditanakkan
Tiada berkayu rumah diturunkan

Anak pulang kelaparan
Anak di pangku diletakkan
Kera ihutan disusui
Ciri-ciri seloka :
·         Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
·         Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.

6.     Karmina
Karmina merupakan sebuah karya sastra berupa pantun yang sangat kilat. Artinya hanya terdiri atas satu bait atau dua baris.
Contoh karmina ssebagai berikut:
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula

Ciri-ciri karmina :
·         Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
·         Bersajak aa-aa, aa-bb.
·         Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
·         Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
·         Semua baris diawali huruf capital.
·         Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
·         Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.

7.     Talibun
Talibun adalah karya sastra yang bentuk sebuah pantun yang jumlah barisnya lebih dari empat, namun harus memiliki hitungin yang genap. Misalnya enam baris, delapan baris dan seterusnya.
Jika jumlah barisnya terdiri atas enam baris, maka tiga baris pertama harus beruapa sampiran dan tiga baris berikutnya berupa isi.
Contoh talibun sebagai berikut:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Ciri-ciri talibun :
·         Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
·         Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
·         Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
·         Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
·         Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d

2.5    Perbandingan puisi lama dan puisi baru

Adapun perbedaan dan persamaan puisi lama dan puisi baru adalah sebagai berikut :
1.      Perbedaan puisi lama dan puisi baru
v  Irama pada puisi lama bersifat tetap, yaitu dua patah kata dalam sekali ucap, sedangkan pada puisi baru jauh lebih dinamis mengikuti pikiran dan perasaan penulisnya.
v  Bentuk puisi lama masih terikat oleh syarat-syarat tradisional dan aturan tata bahasa, sedangkan puisi baru bentuknya lebih bebas dan tidak terikat pada aturan apapun.
v  Puisi lama biasanya tidak dikenal nama penulisnya sedangkan puisi baru biasanya dikenal.
v  Puisi lama diserbarkan secara lisan dari mulut ke mulut sedangkan puisi baru disampaikan secara lisan dan juga tulisan.
v  Puisi lama biasanya berisi nasihat-nasihat, sedangkan puisi baru biasanya berisi curahan hati penulis atau pengarangnya.

2.      Persamaan puisi lama dan puisi baru
v  Sama-sama sebagai sarana menngungkapkan perasaan
v  Sama-sama mempunyai makna dan arti tertentu

2.6    Puisi baru

Puisi baru adalah suatu jenis puisi modern yang sudah tidak terikat lagi oleh aturan-aturan atau dibuat secara bebas oleh sang pengarang, dan puisi ini ada atau lahir setelah puisi lama. (Puisi yang bebas baik dari segi suku kata, baris, atau rimanya).
Ciri-ciri puisi baru sebagai berikut :
v  Bentuk puisi baru rapi, serta simetris.
v  Mempunyai sajak akhir (sajaknya teratur).
v  Sebagian puisi baru terdiri dari 4 seuntai.
v  Tidak terikat pada suatu aturan (Baik dari segi baris, suku kata dan rimanya semuanya bebas).
v  Dibuat atas dasar kemauan sang pengarang puisi (penulis).
v  Tiap barisnya terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis).

2.7    Jenis puisi baru

Adapun jenis puisi baru adalah sebagai berikut :
1.      Menurut Isinya
Puisi baru menurut jenisnya di bagi menjadi 7, yaitu :
v  Balada, adalah jenis puisi baru berisi mengenai sebuah al kisah atau cerita tentang sesuatu atau seseorang.
v  Romance, adalah jenis puisi baru yang berisi tentang sebuah luapan perasaan cinta, kasih dan sayang.
v  Himne, adalah jenis puisi baru yang berisi mengenai sebuah pujaan untuk tuhan, tanah air atau pahlawan.

v  Epigram, adalah jenis puisi baru yang berisi mengenai tuntutan atau ajaran hidup.
v  Ode, adalah jenis puisi baru yang berisi mengenai sanjungan untuk orang yang telah berjasa.
v  Elegi, adalah jenis puisi baru yang berisi mengenai ratapan tangis atau kesedihan.
v  Satire, adalah jenis puisi baru yang berisi mengenai sebuah sindiran atau sebuah kritikan.

2.      Menurut Bentuknya
Puisi baru menurut bentuknya dibagi menjadi 8, yaitu :
v  Distikon, adalah jenis puisi baru yang tiap bait dari puisi ini terdiri atas 2 baris saja.
v  Terzina, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri atas 3 baris.
v  Kuatrain, adalah jenis puisi baru yang mana tiap bait dari puisi ini terdiri atas 4 baris.
v  Kuint, adalah jenis puisi baru yang tiap bait dari puisi ini terdiri dari 5 baris.
v  Sektet, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri dari 6 baris.
v  Septime, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri atas 7 baris.
v  Oktaf atau Stanza, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri atas 8 baris.
v  Soneta, adalah jenis puisi baru yang baitnya terdiri dari 14 baris yang mana terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing terdiri dari 4 baris, dan bait keduanya masing-masing 3 baris.

2.8    Analisis puisi

Istilah analisis berkaitan dengan evaluasi terhadap setiap situasi dari semua permsalahan yang di bahas. Dalam menganalisis puisi memiliki struktur agar analisis puisi dapat sempurna.
Adapun struktur fisik analisis puisi :
v  Diksi
v  Pengimajian
v  Kata konkret
v  Bahasa figuratif (majas)
v  Versifikasi (rima, ritma, dan metrum)
v  Tipografi

Adapun struktur batin analisis puisi :
v  Tema
v  Nada dan suasana
v  Perasaan
v  Pesan/amanat

2.9    Langkah-langkah membuat puisi

Membuat puisi dapat dilakukan dengan merasakan perasaan yang sedang kamu rasakan. Seperti sedang bahagia, sedih, kagum dan takjub terhadap sesuatu. Dalam pembuatan puisi kamu harus terlebih dahulu melakukan langkah-langkah.
Berikut adalah langkah-langkah membuat puisi :
1.      Menentukan tema
Tema adalah suatu gagasan yang kamu tuangkan dalam sebuah bentuk puisi. Misalkan puisi bertemakan tentang lingkungan masyarakat, keindahan alam, kasih sayang dan sebagainya.
2.      Suasana puisi
Suasana puisi maksudnya suatu gambaran tentang perasaan seseorang dalam membuat puisi. Jika sedang bahagia bahasa yang digunakan harulah romantis, lembut, dan indah. Begitu juga sebaliknya jika suasana yang dirasakan sedang sedih, bimbang, penggunaan bahasa dalam membuat puisi menggunakan bahasa yang sinis dan keras.
3.      Menggunakan kata-kata sesuai
Menggunakan kata-kata yang diwarnai dengan ungkapan yang bermakna. Misalnya Ibu, luasnya semesta tak seluas rasaku padamu.
4.      Memilih diksi
Diksi adalah pemilihan kata. Kata-kata dalam setiap puisi haruslah cenderung menggunakan kata-kata yang memberikan nilai rasa tertentu.
5.      Menulis puisi
Setelah keempat langkah diatas telah dilakukan, maka kamu sudah bisa membuat sebuah puisi. Yang dimulai dari inspirasi yang telah kamu dapat.
Membaca puisi juga harus dengan penuh penjiwaan, pelafalan harus benar, intonasi, suara, ekspresi melalui bahasa tubuh ataupun gerakan tubuh harus digunakan. Agar pesan yang disampaikan dalam setiap katanya dapat tersampaikan dengan ideal. Pendengar atau orang yang menyimakpun akan menikmati puisi yang dibacakan.
Dengan demikian, puisi adalah suatu ungkapan yang dirasakan dalam hati dan dituangkan dalam sebuah tulisan. Penulisan puisi haruslah menggunakan kata-kata yang sesuai. Jika sedang bahagia, gunakanlah kata-kata dan bahasa yang menggambarkan tentang kebagiaan. Dalam penulisan puisi haruslah menggunakan langkah-langkah yang telah tertera diatas. Pembacaannyapun harus menggunakan intonasi, ekspresi dan pelafalan yang baik dan benar. Agar pendengar dapat menikmati dan memahami tujuan dari puisi tersebut.
2.10  Menganalisis puisi
Dalam menganalisis puisi dapat dilakukan dengan menafsirkan sebuah puisi secara terarah dengan memikirkan apa maksud puisi tersebut, dan mengidentifikasi perangkat yang digunakan penyair untuk menjelaskan maknanya.


Adapun cara menganalisis puisi adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan makna puisi
Baca sebuah puisi secara perlahan-lahan. Pertama kali kita membaca puisi tersebut, ingat "reaksi perasaan" kita terhadap puisi tersebut: setiap hubungan emosional yang Anda miliki terhadap ucapan penyair, hal-hal yang mengingatkan Anda terhadap pengalaman detil pribadi, hal-hal yang kita suka atau tidak sukai, dll. Pandang dari sisi, "Bagaimana perasaan saya tentang hal ini? Mengapa? Mengapa tidak?" Reaksi ini dapat memusatkan pikiran Anda pada respon yang diharapkan penyair dari pembacanya.
Baca lagi puisi dan temukan makna harfiah (paling mendasar) puisi tersebut. Makna harfiah adalah versi yang paling terlihat jelas pada puisi dan tidak merujuk ke perangkat puitis. Terjemahkan puisi ke dalam percakapan bahasa Inggris. Bagaimana Anda menceritakan kisah puisi itu ke teman? Pikirkan dari sisi, "Apa definisi kamus yang paling umum dari kata atau frase ini?" Ini bisa menjadi langkah yang sulit, tapi ingat bahwa semua puisi yang bagus, bahkan ketika tampaknya sulit diakses, masih menggunakan kata-kata yang memiliki makna harfiah.
Baca kembali puisi untuk menemukan makna konotatifnya. Cari beberapa kata kunci atau frase pada puisi dan pikirkan jenis konotasi yang disajikan. Pikirkan dari sisi, "Mengapa kata ini dan bukan kata lain?" Rujuklah pada reaksi pertama Anda: seringkali makna yang mempengaruhi emosi kita adalah konotatif, bukan denotatif.
Cari makna simbolis puisi tersebut. Catat kiasan-kiasan yang mungkin Anda kenali, referensi pada simbol tertentu, dll. Pikirkan dari segi, "Apa maknanya? Mengapa?”
Berhenti dan bertanya pada diri sendiri, "Apa yang penulis coba katakan?" Apa tujuan puisi ini? Apa reaksi yang coba ia raih dari pembaca? Mengapa?" Cobalah untuk mengidentifikasi "tujuan penulisan" penyair.
2.      Memikirkan perangkat puisi yang digunakan
Mulailah menganalisis berbagai bagian puisi tersebut. Analisis selanjutnya akan membantu Anda mengetahui bagaimana penulis meraih emosi atau mencapai tujuannya, daripada apa pengaruh dan tujuannya. Ini berarti menjelajahi perangkat puitis, nada suara, pembaca, dan lainnya.
Mengidentifikasi siapa yang berbicara, narrator, dan pembaca. Apakah ada orang tertentu yang berbicara? Apakah yang berbicara adalah penyair? Meskipun yang berbicara adalah penyair, kita harus selalu merujuk kepada yang berbicara sebagai 'narator' dalam analisis kita. Berkaitan dengan pembaca, pembicara berbicara kepada siapa? Apakah ada kelompok tertentu? Apakah pembaca membantu untuk menentukan siapa naratornya?
Tentukan struktur dan susunan puisi tersebut. Apakah puisi ini mengikuti sebuah bentuk narasi? Apakah ada ide-ide yang dikelompokkan bersama di bagian yang berbeda? Apakah setiap bait/stanza memiliki topik yang terpisah, atau adakah tema yang berkelanjutan sepanjang puisi tersebut? Bagaimana puisi secara fisik disusun - ini adalah puisi yang panjang, adakah ia memiliki stanza atau bait yang terpisah?
Tentukan skema rima puisi tersebut. Ada berbagai jenis skema rima. Rima digunakan untuk memberikan puisi suara musikal yang menyenangkan. Mereka juga dapat digunakan untuk memperdalam makna, dan memperkuat bentuk puisi. Apakah ada makna di balik penempatan rima? Apakah ia menekankan pada ide tertentu di dalam puisi?
Analisis puisi dari segi perangkat puitis. Carilah perangkat suara (aliterasi, asonansi, dll), perumpamaan (detil sensorik, gambar yang berbicara, dll) dan sebagainya. Pikirkan dari sisi, "Apa jenis alat bahasa yang penulis ini gunakan? Bagaimana alat tersebut membantu dia mencapai tujuannya?"
Tariklah kesimpulan. Apa tema atau tujuan puisi tersebut? Alat apa yang digunakan penyair untuk menyampaikan tema atau gagasan utama puisinya? Bagaimana ia menggunakannya? Jika kita ditugaskan untuk melakukannya, tuliskan temuan kita dalam sebuah esai analitis.























BAB III
Penutup

3.1  Kesimpulan
Sebagai penutup karya ilmiah ini dapat kita simpulkan bahwa menurut zamannya jenis-jenis puisi Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu puisi lama dan puisi baru (Modren).
Puisi lama merupakan puisi yang terikat oleh berbagai aturan, seperti jumlah kata dalam satu barisnya, jumlah baris dalam satu baitnya, persajakan/rima, danbanyaknya suatu kata dalam tiap baris. Puisi baru (Modren) yakni tidak terlalu mementigkan aturan-aturan.
            Puisi lama memiliki bermacam-macam jenis yaitu mantra, gurindam, syair, pantun dan seloka. Sedangkan puisi baru (Modren) bentuk-bentuknya yaitu distikon, terzina, kuatrin, kuint, sektet, septina, stanza (Oktav) , sonata, dari penjelasan di atas kita dapat mengetahui jenis-jenis puisi yang ada di Indonesia.
3.2  Saran
Saran saya sebagai penerus bangsa terutama bagi calon pendidik jurusan bahasa indonesia, harus mengembangkan bakatnya dalam pengetahuan belajar serta menciptakan berbagai puisi untuk bukti kita telah menguasai jurusan yang kita pilih dan berkarya sebanyak-banyaknya untuk contoh bagi peserta kita di kemudian hari.











 Kata Penghantar

            Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkatNya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah demi memenuhi tugas pelajaran Bahasa Indonesia. Tidak luput juga saya ucapkan terima kasih kepada guru Bahasa Indonesia yaitu Ibu Sitinjak dari awal hingga sampai akhir yang telah mau membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
            Dalam proses penulisan karya tulis ini, saya sangat berharap agar karya tulis ini dapat memberikan konstribusi bagi para pelajar tentang puisi.
            Saya sangat mengetahui bahwa karya tulis ini sangat jauh dari kata sempurna yang tentu memiliki kesalahan dan kekurangan. Maka sudilah kiranya memberikan kritikan dan saran sehingga saya dapat memahami kekurangan hasil kerja yang  dilakukan dan agar ibu dapat memahami dan memaklumi kekurangan saya, sehingga saya dapat menyempurnakan karya tulis ini.
Terima kasih.
                                               




                                                                                    Pematang Siantar, Januari 2017


                                                                                                            Penulis