Kata
Penghantar
Puji
dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkatNya
saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah demi memenuhi tugas pelajaran
Bahasa Indonesia. Tidak luput juga saya ucapkan terima kasih kepada guru Bahasa
Indonesia yaitu Ibu Sitinjak dari awal hingga sampai akhir yang telah mau
membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Dalam proses penulisan karya tulis
ini, saya sangat berharap agar karya tulis ini dapat memberikan konstribusi
bagi para pelajar tentang puisi.
Saya sangat mengetahui bahwa karya
tulis ini sangat jauh dari kata sempurna yang tentu memiliki kesalahan dan
kekurangan. Maka sudilah kiranya memberikan kritikan dan saran sehingga saya
dapat memahami kekurangan hasil kerja yang
dilakukan dan agar ibu dapat memahami dan memaklumi kekurangan saya, sehingga
saya dapat menyempurnakan karya tulis ini.
Terima
kasih.
Pematang
Siantar, Januari 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata pengantar
................................................................................................... i
Daftar isi
............................................................................................... ii
Bab I : Pendahuluan
............................................................................
1
1.1 Latar belakang
..................................................................................... 1
1.2
Tujuan
.................................................................................................. 1
1.3
Manfaat
................................................................................................ 2
1.4
Langkah-langkah
................................................................................. 2
Bab
II : Pembahasan
.......................................................................... 3
2.1 Pengertian ........................................................................................... 3
2.2
Pembagian
........................................................................................... 6
2.3 Puisi lama
............................................................................................ 7
2.4 Contoh
puisi lama
................................................................................ 7
2.5 Perbandingan
puisi lama dan baru
...................................................... 11
2.6 Puisi baru
............................................................................................ 11
2.7 Jenis puisi
baru
...................................................................................
11
2.8 Analisis
Puisi
...................................................................................... 12
2.9
Langkah-langkah membuat puisi
....................................................... 12
2.10 Menganalisis
puisi ........................................................................... 13
Bab
III :Penutup
............................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan
....................................................................................... 16
3.2 Saran
................................................................................................. 16
Daftar
pustaka
................................................................................................ 17
BAB
I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Puisi dari dulu
hingga sekarang selalu berubah-ubah. Oleh karena itu, utuk memahami dan
mengerti puisi diperlukan uraian tentang jenis-jenis puisi indonesia dibagi
dua, yaitu puisi lama dan puisi baru (modern).
Karya
sastra terdiri atas dua jenis, yaitu prosa (karangan bebas) dan puisi. Puisi
selalu berkembang dari dahulu hingga sekarang. Oleh karena itu, pengertian
puisi pun dari waktu kewaktu selalu berubah meskipun hakikatnya tetap
sama. Perubahan pengertian itu disebabkan puisi seslalu berkembang karena
perubahan konsep keindahan dan evaluasi selera.
Seorang penulis menciptakan puisi disebabkan ia
mempunyai persoalan atau masalah yang ingin dikemukakan dan bisa juga disebut
puisi adalah ungkapan hati sang penulis. Jika puisi tersebut berisi tentang
kekecewaan , kesedihan maka sudah jelas si penulis sedang merasa sedih.
Tiap-tiap penulis mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengemukakan persoalan
tersebut.
Puisi
baru (modern) menyimpangi pengertian puisi menurut pandangan lama. Puisi baru
tidak terikat oleh bentuk-bentuk formal, korespodensi, dan periodesitas. Oleh
karena itu puisi baru disebut puisi bebas atau sajak bebas. Mempelajari
bentuk-bentuk lama kita dapat ketinggian budi. Pertajaman imajinasi masyarakat
lama dengan dekatnya dengan alam,menjadikan alam sebagai alat komunikasi dengan
tujuan mendidik.
Melalui
bentuk-bentuk puisi lama, dan penyajian gagasanya, memperlihatkan keaslian,
kehalusan puisi masyarakat lama yang dapat dicontoh oleh masyarakat sekarang
ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulis
membuat karya tulis mengenai ”PUISI” ini merupakan memenuhi tugas Bahasa
Indonesia semester 2 kelas IX, juga untuk mengetahui atau mengenal puisi lama
dan puisi baru (modern).
Pembuatan karya tulis ini juga bertujuan
mengembangkan ilmu dan rasa ingin tahu anak-anak maupun remaja Indonesia. Agar
dapat menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
1.3 Manfaat
Penulis
membuat karya tulis ini agar bermanfaat untuk siswa, pendidikan, dan juga untuk
kalangan masyarakat.
Manfaat nya
bagi siswa adalah supaya para siswa dapat mengerti dan memahami puisi dengan
lebih baik. Manfaatnya bagi guru adalah supaya guru dapat menganalisa lebih
dalam dan juga agar dapat memberi ilmu kepada siswa sehingga saling berkaitan
antara siswa dan guru. Manfaatnya bagi masyarakat adalah agar masyarakat tidak
hanya terpaku atau fokus dengan apa yang mereka pahami tentang puisi yang hanya
sedikit.
1.4 Langkah-langkah
Langkah-langkah yang penulis ambil dalam
penbuatan karya tulis ini adalah :
1.
Melihat
perkembangan puisi
2.
Memahami
apa yang dimaksud dengan puisi lama & baru
3.
Mencari
dari berbagai sumber yang berkaitan dengan puisi
4.
Membuat
penjelasan dengan hati-hati, rinci, dan jelas
5.
Membuat
kesimpulan dari penjelasan tersebut
BAB
II
Pembahasan
2.1 Pengertian
Arti
puisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :
1.
Ragam sastra yang bahasanya terikat oleh
irama, mantra, rima, serta pengusunan larik dan bait
2.
Gubahan di bahasa yang bentuk nya
dipilah dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan
pegalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama,
dan makna khusus
Berikut adalah defenisi puisi yang dikemukakan
oleh para penyair romantik Inggris adalah :
1.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu
adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih
kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang,
simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan
sebagainya
2. Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat
musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu
seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang
menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan
mempergunakan orkestra bunyi.
3. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan
perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun
Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang
bercampur-baur.
4. Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran
manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama.
Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik
(misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan
bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi
kata-katanya berturu-turut secara teratur).
5.
Shelley mengemukakan bahwa puisi
adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja
peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat
seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena
kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling
indah untuk direkam.
Dalam perkembangan puisi di Indonesia, dikenal
dengan berbagai jenis tipografi dan model puisi yang menunjukkan perkembangan
struktur puisi tersebut. Ciri struktur puisi dari jaman ke jaman tidak hanya
ditandai dengan struktur fisik, tetapi juga oleh struktur makna atau
tematiknya.
Berikut perkembangan puisi di Indonesia, mulai
dari angkatan balai pustaka, hingga puisi jaman sekarang :
1.
Balai pustaka
Pada angkatan ini, puisi masih berupa mantra, pantun, dan syair, yang
merupakan puisi terikat.
·
Mantra,
jenis puisi tertua yang terdapat di dalam kesusastraan daerah di seluruh
Indonesia. Kumpulan pilihan kata-kata yang dianggap gaib dan digunakan manusia untuk
memohon sesuatu dari Tuhan. sehingga mantra tidak hanya memiliki kekuatan kata
melainkan juga kekuatan batin.
·
Pantun dan
Syair, puisi lama yang struktur tematik atau struktur makna dikemukkan menurut
aturan jenis pantun atau syair, dalam hal ini, pantun dan syair masih berupa
puisi terikat.
2.
Pujangga baru (1933-1945)
Jika pada angkatan balai pustaka penulisan puisi masih banyak
dipengaruhi oleh puisi lama, maka pada angkatan Pujangga Baru diciptakan puisi
baru, yang melepaskan ikatan-ikatan puisi lama. Sehingga munculnya jenis-jenis
puisi baru, yaitu : distichon (2 baris), tersina (3 baris), quartrin (4 baris),
quint (5 baris), sextet (6 baris), septima (7 baris), oktaf (8 baris), soneta
(14 baris).
Dalam periode ini terdapat beberapa julukan untuk penyair Indonesia,
seperti Amir Hamzah sebagai Raja Penyair Pujangga Baru, dan ia disebut oleh
H.B. Jassin sebagai Penyair Dewa Irama. J.E. Tatengkeng disebut sebagai Penyair
Api Naionalisme, dan sebagainya.
Para
penyair yang dapat dikategorikan msuk dalam periode Pujangga Baru adalah :
·
Amir
Hamzah, “Nyanyi Sunyi” / 1937 dan “Buah Rindu” /1941
·
Sutan
Takdir Alisyahbana, “Tebaran Mega” / 1936
·
Armijn
Pane, “Jiwa Berjiwa” / 1939, “Gamelan Jiwa” / 1960
·
Jan Engel
Tatengkeng “Rindu Dendam” / 1934
·
Asmara
Hadi, “Api Nasionalisme”
·
Dll
3.
Angkatan 45
Jika pada periode sebelumnya melakukan pembaharuan terhadap bentuk
puisi, pada periode ini dilakukan perubahan menyeluruh. Bentuk puisi soneta,
tersina, dan sebagainya tidak dipergunakan lagi.
Angkatan 45 memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·
Puisi memiliki struktur bebas
·
Kebanyakan
beraliran ekspresionisme dan realisme
·
Diksi
mengungkapkan pengalaman batin penyair
·
Menggunakan
bahasa sehari-hari
·
Banyak
puisi bergaya sinisme dan ironi
·
Dikemukakan
permasalahan kemasyarakatan, dan kemanusiaan
Para
penyair yang dapat digolongkan pada periode ini adalah :
Ø Chairil Anwar Krikil
Tajam / 1949, Deru Campur Debu / 1949, Tiga Menguak Takdir/ 1950
Ø Sitor Situmorang, Surat Kertas Hijau / 1954, Dalam Sajak / 1955, Wajah Tak Bernama / 1956, Zaman Baru / 1962
Ø Harjadi S. Hartowardojo, Luka Bayang / 1964
Ø Dll
4.
Periode 1953-1961
Jika pada angkatan 45
yang menyuarakan kemerdekaan, semangat perjuangan dan patriotisme, maka pada
periode ini membicarakan masalah kemasyarakatan yang menyangkut warna
kedaerahan. Sifat revolusioner yang berapi-api, mulai merada. Mulai banyaknya
puisi beraliran romantik dan kedaerahan dengan gaya penceritaan balada. Puisi
pada periode ini banyak yang mengungkapkan subkultur, suasana muram, masalah
sosial, cerita rakyat dan mitos (Atmo Karpo, Paman Ddoblang, dan sebagainya).
Ciri khas puisi pada periode ini :
·
Bergaya
epik (bercerita)
·
Gaya mantra
mulai dimasukkan dalam balada
·
Gaya
repetisi dan retorik semakin berkembang
·
Banyak digambarkan suasana muram penuh
derita
·
Menerapkan
masalah social, kemiskinan
·
Dasar
penciptaan balaa dari dongeng kepercayaan
Para penyair yang dapat digolongkan pada periode ini adalah :
Ø
Willibrordus Surendra (W.S Rendra) Empat
Kumpulan Sajak / 1961, Balada Orang-Orang Tercinta / 1957
Ø Ramadhan
Karta Hadimaja, Priangan
Si Jelita / 1958
Ø Toto
Sudarto Bachtiar, Suara / 1956
Ø Dll
5.
Angkatan 66
(1963-1970)
Masa ini didominasi oleh sajak demonstrasi atau sajak protes yang dibaca
untuk mengobarkan semangat para pemuda dalam aksi demonstrasi, seperti pada
tahun 1966 ketika sedang terjadi demonstrasi para pelajar dan mahasiswa
terhadap pemerintahan Orde Lama. Penyair seperti Taufiq Ismail dan Rendra,
membacakan sajak protes mereka didepan para pemuda.
Untuk mengobarkan semangat aktivitas kreatis angkatan 66, mulai munculah
fasilitas-fasilitas sastra. Fasilitas tersebut antara lain, munculnya majalah
Horison (1966), Budaja Djaja (1968, dan dibangunnya Taman Isail Maruki (TIM),
yang menjadi pusat kebudayaan.
Pada periode ini berkembang dua aliran besar puisi. Aliran pertama adalah
aliran neoromantisme yang menegaskan sepi sebagai perlawanan yang bersifat
metafisis, atas dunia. Penyair yang menganut aliran ini adalah Goenawan
Mohammad, Sapardi Djoko Darmono, dan Abdul Hadu W.M.
Aliran yang kedua adalah aliran intelektualisme, aliran yang menekankan
pada pengamatan kritis tentang dunia dan pengalaman pribadi. Penyair yang yang
beraliran intelektualisme adalah Subagio Sastrowardoyo dan Toety Heraty.
Berikut penyair yang termasuk dalam
angkatan 66 :
· Taufiq Ismail, Tirani / 1966, Benteng / 1966
· Sapardi Djoko Darmono, Dukamu Abadi / 1969, Mata Pisau / 1974
· Linus Surjadi A.G., Pengakuan Pariyem / 1981
· Dll
6.
Puisi
kontemporer
Pada periode ini puisi disebut puisi kontemporer,
puisi yang muncul pada masa kini dengan bentuk dan gaya yang tidak mengikuti
kaidah puisi pada umumnya, dan memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi
lainnya. Dalam puisi kontemporer, salah satu yang penting adalah adanya
eksplorasi sejumlah kemungkinan baru, antara lain penjungkirbalikan kata-kata
baru dan penciptaan idiom-idiom baru.
Pada puisi kontemporer
bertema protes, humanisme, religius, perjuangan, dan kritik sosial. Puisi
kontemporer bergaya seperti mantra, menggunakan majas, bertipografi baru dengan
banyak asosiasi bunyi,dan banyaknya penggunaan kata dari bahasa daerah yang
menunjukkan kedaerahaannya.
Dalam dunia perpuisisan
kontemporer, Sutardji mengebangakan puisi-puisi baru, dan mengiprovisasi
puisinya. Hal ini terlihat pada sajak Sutardji ‘O, Amuk, Kapak’.
Yang termasuk penyair
kontemporer adalah :
·
Sutardji
Colzoum Bahri, O, Amuk, Kapak , Tragedi
Winka Sihka, Batu
·
Emha Ainun
Najib, ‘M’ Frustrasi / 1976, Nyanyian Gelandangan / 1981
·
Sapardi
Djoko Darmono, Dukamu Abadi / 1969, Mata Pisau / 1974
·
Dll
2.2 Pembagian
Puisi dibagi menjadi 2
yaitu : puisi lama dan puisi baru (modern)
Puisi lama terdiri dari
:
·
Mantra
·
Pantun
·
Karmina
·
Seloka
·
Gurindam
·
Syair
·
Talibun
Jenis puisi baru (modern) dari isinya :
·
Balada
·
Hymne
·
Ode
·
Epigram
·
Elegi
·
Satire
Jenis puisi baru dari jenis betuknya :
·
Distikon
·
Terzina
·
Quatrain
·
Quint
·
Sextet
·
Septima
·
Oktav
·
Soneta
2.3 Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat dengan rima, atau jumlah baris yang
kemudian padat makna. Rima sendiri merupakan bunyi akhiran yang tersusun. Untuk Pantun misalnya biasanya memiliki rima a-b-a-b
dan memiliki jumlah baris yaitu empat. Adapun contoh puisi lama beserta jenis -
jenisnya dapat anda pelajari di bawah ini.
Ciri-ciri puisi lama antara lain :
·
Merupakan hasil
turun-temurun, biasanya berupa cerita rakyat atau puisi rakyat yang tidak
diketahui siapa pengarangnya.
·
Karena merupakan
hasil turun-temurun dan tidak diketahui siapa pengarangnya, puisi lama biasanya
disampaikan dari mulut-kemulut.
·
Puisi lama terlihat
kaku karena terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah kata dalam tiap baris,
jumlah baris dalam tiap bait dan juga pengulangan kata yang bisa diawal maupun
diakhir sajak atau kita kenal dengan sebutan rima.
2.4
Contoh puisi lama
Adapun contoh dan jenis puisi lama adalah sebagai
berikut :
1.
Mantra
Mantra merupakan salah satu
jenis puisi lama yang paling tua. Awalnya, keberadaan mantra dalam masyarakat
melayu bukanlah difungsikan sebagai sebuah karya sastra, melainkan lebih kepada
adat dan kepercayaan setempat
.
Contoh mantra sebagai berikut :
Mantra
mengkap buaya
Hai si jambu Rakyat, sambut pekiriman,
Puteri Ruduk di gunung ledang,
Ambangcang masak sebiji bulat,
Penyikat tujuh penyakit,
Pengarang tujuh pengarang,
Diorak dikumbang jangan,
Lulur lalu ditelan,
Kalu tidak kau sambut,
Dua hari, jangan ketiga,
Mati tersadai pangkalan tambang,
Kalu kau sambut,
Ke darat kau dapat makan,
Ke laut kau dapat minum,
Aku tahu asal kau jadi,
Tulang buku tebu asal kau jadi,
Darahkau gula, dadakau upih,
Gigikau tunjang berembang,
Ridapkau cucuran atap.
Ciri-ciri mantra :
· Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
· Bersifat lisan, sakti atau magis
· Adanya perulangan
· Metafora merupakan unsur penting
· Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan
misterius
· Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan
persajakan.
2.
Gurindam
Gurindam merupakan puisi lama yang
sebenarnya bukan berasal dari negri sendiri, melinkan dari negri india yang
dibawa pasukan tamil yang dahulu pernah singgah dan menetap di salah satu
kepulauan nusantara.
Contoh gurindam sebagai berikut :
Jika kamu bersifat budiman,
Dipandang sebagai unga ditaman.
Jika kamu bersifat dermawan,
Segala orang dapat kau tawan.
Jika kamu bersifat murah,
Segala manusia datang menyerah.
Ciri-ciri gurindam :
·
Baris pertama berisikan semacam soal,
masalah atau perjanjian
·
Baris kedua berisikan jawabannya atau
akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
3.
Syair
Syair meupkan salah satu karya sastra yang bukan berasal dari tanah nusantara
asli. Syair merupakan sebuah karya sastra yang awalnya dibawa oleh bangsa Arab
ke nusantara saat era perkembangan agama islam.
Contoh syair sebagai berikut:
Pada
zaman dahulu kala, (a)
Tersebutlah sebuah cerita, (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa, (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana. (a)
Tersebutlah sebuah cerita, (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa, (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana. (a)
Ciri-ciri syair :
·
Terdiri dari 4 baris
·
Terdiri dari 8-12 suku kata/baris
·
Struktur rima : a-a-a-a
·
Tidak dapat berdiri sendiri, harus
runtut
·
Baris I, II, III, berakhir tanda koma
·
Baris IV berakhir tanda titik
4.
Pantun
Pantun merupakan sebuh puisi asli anah melayu yang sudah membudaya dan
mengakar dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Contoh pantun sebagai berikut:
Kalau
ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
Ciri-ciri pantun :
·
Setiap bait terdiri 4 baris
·
Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
·
Baris 3 dan 4 merupakan isi
·
Bersajak a – b – a – b
·
Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
·
Berasal dari Melayu (Indonesia)
5.
Seloka
Seloka merupakan karya sastra bentuk sebuah pantun berbait yang tidak akan
cukup diungkapkan dengan satu bai saja, krena pantun berbait ini merupakan
jalinan atas beberapa bait.
Contoh seloka sebagai berikut:
Baik budi emak si randang
Dagang lalu ditanakkan
Tiada berkayu rumah diturunkan
Anak pulang kelaparan
Anak di pangku diletakkan
Kera ihutan disusui
Ciri-ciri seloka :
·
Ditulis empat baris memakai bentuk
pantun atau syair,
·
Namun ada seloka yang ditulis lebih dari
empat baris.
6.
Karmina
Karmina merupakan sebuah karya sastra berupa pantun yang sangat kilat.
Artinya hanya terdiri atas satu bait atau dua baris.
Contoh karmina ssebagai berikut:
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula
Ciri-ciri karmina :
·
Setiap bait merupakan bagian dari
keseluruhan.
·
Bersajak aa-aa, aa-bb.
·
Bersifat epik: mengisahkan seorang
pahlawan.
·
Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki
isi.
·
Semua baris diawali huruf capital.
·
Semua baris diakhiri koma, kecuali baris
ke-4 diakhiri tanda titik.
·
Mengandung dua hal yang bertentangan
yaitu rayuan dan perintah.
7.
Talibun
Talibun adalah karya sastra yang bentuk
sebuah pantun yang jumlah barisnya lebih dari empat, namun harus memiliki
hitungin yang genap. Misalnya enam baris, delapan baris dan seterusnya.
Jika jumlah barisnya terdiri atas enam
baris, maka tiga baris pertama harus beruapa sampiran dan tiga baris berikutnya
berupa isi.
Contoh talibun sebagai berikut:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Ciri-ciri talibun :
·
Jumlah
barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan
seterusnya.
·
Jika satu
bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
·
Jika satu
bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
·
Apabila enam baris sajaknya a – b – c –
a – b – c.
·
Bila terdiri dari delapan baris,
sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
2.5 Perbandingan puisi lama dan puisi baru
Adapun perbedaan dan persamaan
puisi lama dan puisi baru adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan puisi lama dan puisi baru
v
Irama pada puisi lama
bersifat tetap, yaitu dua patah kata dalam sekali ucap, sedangkan pada puisi
baru jauh lebih dinamis mengikuti pikiran dan perasaan penulisnya.
v
Bentuk puisi lama
masih terikat oleh syarat-syarat tradisional dan aturan tata bahasa, sedangkan
puisi baru bentuknya lebih bebas dan tidak terikat pada aturan apapun.
v
Puisi lama biasanya
tidak dikenal nama penulisnya sedangkan puisi baru biasanya dikenal.
v
Puisi lama
diserbarkan secara lisan dari mulut ke mulut sedangkan puisi baru disampaikan
secara lisan dan juga tulisan.
v
Puisi
lama biasanya berisi nasihat-nasihat, sedangkan puisi baru biasanya berisi
curahan hati penulis atau pengarangnya.
2. Persamaan puisi lama dan puisi baru
v
Sama-sama sebagai
sarana menngungkapkan perasaan
v
Sama-sama mempunyai
makna dan arti tertentu
2.6
Puisi baru
Puisi baru adalah suatu jenis
puisi modern yang sudah tidak terikat lagi oleh
aturan-aturan atau dibuat secara bebas oleh sang pengarang, dan
puisi ini ada atau lahir setelah puisi lama. (Puisi yang bebas baik dari
segi suku kata, baris, atau rimanya).
Ciri-ciri puisi
baru sebagai berikut :
v Bentuk puisi baru rapi, serta simetris.
v Mempunyai sajak akhir (sajaknya teratur).
v Sebagian puisi baru terdiri dari 4 seuntai.
v Tidak terikat pada suatu aturan (Baik
dari segi baris, suku kata dan rimanya semuanya bebas).
v Dibuat atas dasar kemauan sang pengarang puisi
(penulis).
v Tiap barisnya terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis).
2.7 Jenis puisi baru
Adapun jenis puisi baru adalah sebagai berikut :
1.
Menurut Isinya
Puisi baru menurut jenisnya di bagi menjadi 7, yaitu :
v
Balada, adalah jenis puisi baru berisi mengenai sebuah al
kisah atau cerita tentang sesuatu atau seseorang.
v
Romance, adalah jenis puisi baru yang berisi tentang
sebuah luapan perasaan cinta, kasih dan sayang.
v
Himne, adalah jenis puisi baru yang berisi mengenai
sebuah pujaan untuk tuhan, tanah air atau pahlawan.
v
Epigram, adalah jenis puisi baru yang berisi mengenai
tuntutan atau ajaran hidup.
v
Ode, adalah jenis puisi baru yang berisi mengenai
sanjungan untuk orang yang telah berjasa.
v
Elegi, adalah jenis puisi baru yang berisi mengenai ratapan
tangis atau kesedihan.
v
Satire, adalah jenis puisi baru yang berisi mengenai
sebuah sindiran atau sebuah kritikan.
2.
Menurut Bentuknya
Puisi baru menurut bentuknya dibagi menjadi 8, yaitu :
v
Distikon, adalah
jenis puisi baru yang tiap bait dari puisi ini terdiri atas 2 baris saja.
v
Terzina, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri
atas 3 baris.
v
Kuatrain, adalah jenis puisi baru yang mana tiap bait dari
puisi ini terdiri atas 4 baris.
v
Kuint, adalah jenis puisi baru yang tiap bait dari puisi
ini terdiri dari 5 baris.
v
Sektet, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri
dari 6 baris.
v
Septime, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri
atas 7 baris.
v
Oktaf atau Stanza, adalah jenis puisi baru yang tiap baitnya terdiri
atas 8 baris.
v
Soneta, adalah jenis puisi baru yang baitnya terdiri dari 14
baris yang mana terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing terdiri
dari 4 baris, dan bait keduanya masing-masing 3 baris.
2.8
Analisis puisi
Istilah analisis berkaitan
dengan evaluasi terhadap setiap situasi dari semua permsalahan yang di bahas. Dalam
menganalisis puisi memiliki struktur agar analisis puisi dapat sempurna.
Adapun struktur fisik
analisis puisi :
v Diksi
v Pengimajian
v Kata konkret
v Bahasa figuratif (majas)
v Versifikasi (rima, ritma,
dan metrum)
v Tipografi
Adapun struktur batin
analisis puisi :
v Tema
v Nada dan suasana
v Perasaan
v Pesan/amanat
2.9
Langkah-langkah
membuat puisi
Membuat puisi dapat
dilakukan dengan merasakan perasaan yang sedang kamu rasakan. Seperti sedang
bahagia, sedih, kagum dan takjub terhadap sesuatu. Dalam pembuatan puisi kamu
harus terlebih dahulu melakukan langkah-langkah.
Berikut adalah
langkah-langkah membuat puisi :
1. Menentukan tema
Tema adalah suatu gagasan
yang kamu tuangkan dalam sebuah bentuk puisi. Misalkan puisi bertemakan tentang
lingkungan masyarakat, keindahan alam, kasih sayang dan sebagainya.
2. Suasana puisi
Suasana puisi maksudnya
suatu gambaran tentang perasaan seseorang dalam membuat puisi. Jika sedang
bahagia bahasa yang digunakan harulah romantis, lembut, dan indah. Begitu juga
sebaliknya jika suasana yang dirasakan sedang sedih, bimbang, penggunaan bahasa
dalam membuat puisi menggunakan bahasa yang sinis dan keras.
3. Menggunakan kata-kata sesuai
Menggunakan kata-kata yang diwarnai dengan ungkapan yang
bermakna. Misalnya Ibu, luasnya semesta tak seluas rasaku padamu.
4. Memilih diksi
Diksi adalah pemilihan kata.
Kata-kata dalam setiap puisi haruslah cenderung menggunakan kata-kata yang
memberikan nilai rasa tertentu.
5. Menulis puisi
Setelah keempat
langkah diatas telah dilakukan, maka kamu sudah bisa membuat sebuah puisi. Yang
dimulai dari inspirasi yang telah kamu dapat.
Membaca puisi juga
harus dengan penuh penjiwaan, pelafalan harus benar, intonasi, suara, ekspresi
melalui bahasa tubuh ataupun gerakan tubuh harus digunakan. Agar pesan yang
disampaikan dalam setiap katanya dapat tersampaikan dengan ideal. Pendengar
atau orang yang menyimakpun akan menikmati puisi yang dibacakan.
Dengan demikian, puisi
adalah suatu ungkapan yang dirasakan dalam hati dan dituangkan dalam sebuah
tulisan. Penulisan puisi haruslah menggunakan kata-kata yang sesuai. Jika sedang
bahagia, gunakanlah kata-kata dan bahasa yang menggambarkan tentang kebagiaan.
Dalam penulisan puisi haruslah menggunakan langkah-langkah yang telah tertera
diatas. Pembacaannyapun harus menggunakan intonasi, ekspresi dan pelafalan yang
baik dan benar. Agar pendengar dapat menikmati dan memahami tujuan dari puisi
tersebut.
2.10
Menganalisis puisi
Dalam menganalisis
puisi dapat dilakukan dengan menafsirkan sebuah puisi secara terarah
dengan memikirkan apa maksud puisi tersebut, dan mengidentifikasi perangkat
yang digunakan penyair untuk menjelaskan maknanya.
Adapun cara
menganalisis puisi adalah sebagai berikut:
1. Menentukan makna
puisi
Baca sebuah puisi secara perlahan-lahan. Pertama kali kita membaca puisi tersebut, ingat
"reaksi perasaan" kita terhadap puisi tersebut: setiap hubungan
emosional yang Anda miliki terhadap ucapan penyair, hal-hal yang mengingatkan
Anda terhadap pengalaman detil pribadi, hal-hal yang kita suka atau tidak
sukai, dll. Pandang dari sisi, "Bagaimana perasaan saya tentang hal ini?
Mengapa? Mengapa tidak?" Reaksi ini dapat memusatkan pikiran Anda pada
respon yang diharapkan penyair dari pembacanya.
Baca lagi puisi dan temukan makna harfiah (paling mendasar) puisi
tersebut. Makna harfiah adalah
versi yang paling terlihat jelas pada puisi dan tidak merujuk ke perangkat
puitis. Terjemahkan puisi ke dalam percakapan bahasa Inggris. Bagaimana Anda
menceritakan kisah puisi itu ke teman? Pikirkan dari sisi, "Apa definisi
kamus yang paling umum dari kata atau frase ini?" Ini bisa menjadi langkah
yang sulit, tapi ingat bahwa semua puisi yang bagus, bahkan ketika tampaknya
sulit diakses, masih menggunakan kata-kata yang memiliki makna harfiah.
Baca kembali puisi untuk menemukan makna konotatifnya. Cari beberapa kata kunci atau frase pada puisi dan
pikirkan jenis konotasi yang disajikan. Pikirkan dari sisi, "Mengapa kata
ini dan bukan kata lain?" Rujuklah pada reaksi pertama Anda: seringkali
makna yang mempengaruhi emosi kita adalah konotatif, bukan denotatif.
Cari makna simbolis puisi tersebut. Catat kiasan-kiasan yang mungkin Anda kenali, referensi
pada simbol tertentu, dll. Pikirkan dari segi, "Apa maknanya? Mengapa?”
Berhenti dan bertanya pada diri sendiri, "Apa yang
penulis coba katakan?" Apa tujuan puisi ini? Apa reaksi yang coba ia raih
dari pembaca? Mengapa?" Cobalah untuk mengidentifikasi "tujuan
penulisan" penyair.
2. Memikirkan perangkat
puisi yang digunakan
Mulailah menganalisis berbagai bagian puisi tersebut. Analisis selanjutnya akan membantu Anda mengetahui bagaimana penulis meraih emosi atau mencapai
tujuannya, daripada apa pengaruh dan tujuannya. Ini berarti
menjelajahi perangkat puitis, nada suara, pembaca, dan lainnya.
Mengidentifikasi siapa yang berbicara, narrator, dan pembaca. Apakah ada orang tertentu yang berbicara? Apakah yang
berbicara adalah penyair? Meskipun yang berbicara adalah penyair, kita harus
selalu merujuk kepada yang berbicara sebagai 'narator' dalam analisis kita.
Berkaitan dengan pembaca, pembicara berbicara kepada siapa? Apakah ada kelompok
tertentu? Apakah pembaca membantu untuk menentukan siapa naratornya?
Tentukan struktur dan susunan puisi tersebut. Apakah puisi ini mengikuti sebuah bentuk narasi? Apakah
ada ide-ide yang dikelompokkan bersama di bagian yang berbeda? Apakah setiap
bait/stanza memiliki topik yang terpisah, atau adakah tema yang berkelanjutan
sepanjang puisi tersebut? Bagaimana puisi secara fisik disusun - ini adalah
puisi yang panjang, adakah ia memiliki stanza atau bait yang terpisah?
Tentukan skema rima puisi tersebut. Ada berbagai jenis skema rima. Rima digunakan untuk
memberikan puisi suara musikal yang menyenangkan. Mereka juga dapat digunakan
untuk memperdalam makna, dan memperkuat bentuk puisi. Apakah ada makna di balik
penempatan rima? Apakah ia menekankan pada ide tertentu di dalam puisi?
Analisis puisi dari segi perangkat puitis. Carilah perangkat suara (aliterasi, asonansi, dll),
perumpamaan (detil sensorik, gambar yang berbicara, dll) dan sebagainya.
Pikirkan dari sisi, "Apa jenis alat bahasa yang penulis ini gunakan?
Bagaimana alat tersebut membantu dia mencapai tujuannya?"
Tariklah
kesimpulan. Apa tema atau tujuan
puisi tersebut? Alat apa yang digunakan penyair untuk menyampaikan tema atau
gagasan utama puisinya? Bagaimana ia menggunakannya? Jika kita ditugaskan untuk
melakukannya, tuliskan temuan kita dalam sebuah esai analitis.
BAB III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Sebagai penutup karya ilmiah ini dapat kita simpulkan
bahwa menurut zamannya jenis-jenis puisi Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu
puisi lama dan puisi baru (Modren).
Puisi lama merupakan puisi yang terikat oleh berbagai
aturan, seperti jumlah kata dalam satu barisnya, jumlah baris dalam satu
baitnya, persajakan/rima, danbanyaknya suatu kata dalam tiap baris. Puisi baru
(Modren) yakni tidak terlalu mementigkan aturan-aturan.
Puisi lama memiliki bermacam-macam jenis yaitu mantra, gurindam, syair, pantun
dan seloka. Sedangkan puisi baru (Modren) bentuk-bentuknya yaitu distikon,
terzina, kuatrin, kuint, sektet, septina, stanza (Oktav) , sonata, dari
penjelasan di atas kita dapat mengetahui jenis-jenis puisi yang ada di
Indonesia.
3.2
Saran
Saran saya sebagai penerus bangsa terutama bagi calon
pendidik jurusan bahasa indonesia, harus mengembangkan bakatnya dalam
pengetahuan belajar serta menciptakan berbagai puisi untuk bukti kita telah
menguasai jurusan yang kita pilih dan berkarya sebanyak-banyaknya untuk contoh
bagi peserta kita di kemudian hari.
Puji
dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkatNya
saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah demi memenuhi tugas pelajaran
Bahasa Indonesia. Tidak luput juga saya ucapkan terima kasih kepada guru Bahasa
Indonesia yaitu Ibu Sitinjak dari awal hingga sampai akhir yang telah mau
membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Dalam proses penulisan karya tulis
ini, saya sangat berharap agar karya tulis ini dapat memberikan konstribusi
bagi para pelajar tentang puisi.
Saya sangat mengetahui bahwa karya
tulis ini sangat jauh dari kata sempurna yang tentu memiliki kesalahan dan
kekurangan. Maka sudilah kiranya memberikan kritikan dan saran sehingga saya
dapat memahami kekurangan hasil kerja yang
dilakukan dan agar ibu dapat memahami dan memaklumi kekurangan saya, sehingga
saya dapat menyempurnakan karya tulis ini.
Terima
kasih.
Pematang
Siantar, Januari 2017
Penulis
Daftar pustakanya mana dek?
BalasHapusMasih di peoses
BalasHapus